Untuk diketahui, Samsung membanderol Galaxy Fold seharga Rp 27,8 juta dan Huawei akan menjual Huawei Mate X di harga Rp 36,6 juta.
"Awal-awal pasti mahal, setelah sampai produksi masal, harga pasti lebih terjangkau," kata pengamat gadget Lucky Sebastian, saat dimintai komentarnya, Senin (25/2/2019).
"Kalau sekarang kan terbagi, misal pakai smartphone, tablet, dan notebook. Foldable smartphone ini bisa menjadi jawabannya," terangnya.
Bukan tanpa sebab, tren ini muncul karena mulai banyak perusahaan yang menerapkan bring your own device (BYOD), sehingga kantor hanya menyediakan monitor untuk stafnya bekerja.
"Setiap pekerjanya tiba di meja, tinggal sambung dari laptop atau device lain untuk bekerja di layar yang lebih besar," kata Lucky.
Pengamatan tren ini juga didukung dengan semakin canggihnya teknologi prosesor mobile yang hampir menyamai prosesor PC.
Ke depan, kita juga masih akan bertemu teknologi 5G dan cloud computing, sehingga beban kerja tak lagi hanya pada SoC di smartphone.
"Jadi ya, ke depan akan lebih terbuka untuk one device for all," ujarnya.
Dengan semua keunggulan dan biaya riset dan pengembangan yang dibutuhkan, menurut Lucky wajar jika harga ponsel lipat terbilang mahal.
Meski demikian, ke depannya, bukan tidak mungkin harganya akan turun ketika ada lebih banyak perusahaan membuatnya.
Dia mencontohkan pabrikan TCL, yang kabarnya akan membuat smartphone lipat di bawah USD 1.000 (sekitar Rp 14 juta), sehingga dia yakin harganya bahkan bisa di bawah Rp 10 juta.
"Nanti ketika semakin banyak produsennya, bisa saja di bawah Rp 10 juta. Kalau dihitung-hitung kita beli smartphone, tablet, notebook, ya jadinya malah lebih murah," tutupnya. (rns/fyk)
Read Again https://inet.detik.com/consumer/d-4443176/kata-pengamat-soal-harga-selangit-ponsel-layar-lipatBagikan Berita Ini
0 Response to "Kata Pengamat Soal Harga Selangit Ponsel Layar Lipat - Detikcom"
Post a Comment