Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, Apple membenamkan fitur dual SIM pada iPhone baru yang diluncurkan. Ketiganya mendukung kombinasi nano-SIM dan e-SIM. e-SIM merupakan kartu seluler yang menghilangkan bentuk fisik kartu SIM.
Khusus untuk China, Hong Kong, dan Makau, Apple menghadirkan varian yang mendukung dual-SIM nano-SIM, tidak ada e-SIM.
Pengamat gadget Herry SW menyoroti terobosan baru dari iPhone ini. Menurutnya keberadaan e-SIM menunjukkan bahwa Apple memandang Asia sebagai pasar yang penting bagi bisnis mereka. Pasalnya pengguna ponsel di Asia sangat mementingkan fitur dual SIM.
"Menurut saya yang paling menarik dari peluncuran kemarin adalah dual SIM. Dengan adanya fitur itu, saya lihat Asia itu jadi pasar penting bagi Apple. Biasanya mereka kiblat ke Amerika Serikat atau Eropa di mana dual SIM itu tidak lazim dan tidak begitu dibutuhkan," ujar Herry kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (13/9).Menurut Herry, pengguna ponsel di Indonesia dan Asia pada umumnya membutuhkan dual SIM agar bisa menggunakan satu nomor untuk digunakan sebagai nomor utama untuk telepon, dan satu nomor dikhususkan untuk berselancar di internet.
Biasanya di nomor kedua itu, pengguna sering mengganti-ganti nomor untuk mengejar promo-promo kuota yang ditawarkan oleh operator. Biasanya operator memang memberikan kuota fantastis untuk nomor baru.
"Kalau di Indonesia itu satu digunakan untuk telepon, satu untuk internet. Satu nomor itu biasanya nomor lama yang dipertahankan untuk nomor telepon, satu nomor itu untuk mengejar promo nomor baru," ujar Herry.
Kendala adopsi e-SIM
Meski mengapresiasi keputusan Apple yang mengadopsi fitur dual SIM untuk pertama kalinya, Herry tetap mengkritisi penggunaan e-SIM pada trio iPhone terbaru. Menurutnya, kombinasi e-SIM dan nano-SIM bisa menjadi kendala utama.
Pasalnya belum banyak operator di dunia yang mengadopsi teknologi e-SIM, termasuk salah satunya Indonesia. Sadar dengan hal itu, Apple sudah melakukan langkah antisipasi dengan menyediakan dual nano-SIM di China, Hong Kong, dan Makau. Herry memprediksi langkah ini akan meluas untuk iPhone yang dipasarkan ke sejumlah negara di Asia.
Foto: REUTERS/Stephen Lam
|
"Feeling saya nanti pasti varian dual SIM non e-SIM ini pasti akan merambah ke negara lain, tidak hanya China, Hong Kong, dan Makau," kata Herry.
Selain menjadi kendala, Herry menyebut dari sisi operator di sejumlah negara juga akan meminta Apple menyediakan varian dual SIM non e-SIM untuk mendarat di Indonesia. Pasalnya, varian ini juga memudahkan operator untuk menjangkau para pelanggan yang sekaligus pengguna Apple.
Selain operator, Herry mengatakan strategi ini juga akan diamini oleh distributor. Apabila dual SIM kombinasi nano-SIM dan e-SIM mendarat di Indonesia, maka terobosan dual SIM pada trio iPhone terbaru ini tidak akan sia-sia. Sebaliknya, jika Apple tetap berkeras memboyong versi e-SIM dan nano-SIM justru menyulitkan karena pengguna hanya bisa menggunakan satu nomor saja.
"Logikanya begini, para operator ini pasti minta dual SIM fisik. Buat apa terapkan teknologi e-SIM yang belum siap dan butuh proses. Kalau nano-SIM kan pasarnya memang di sini," ujarnya.
Herry mengatakan banyak pengguna di Indonesia yang sesungguhnya suka dengan spesifikasi iPhone, tapi terkendala dengan absennya dual SIM. Beberapa orang bahkan mengakali masalah tersebut dengan menggunakan alat yang tidak resmi agar bisa menggunakan dua nomor di ponsel.
Herry mengatakan banyak orang mengakali tersebut dengan menggunakan SoCBlue yang bisa menambah satu atau dua nomor di ponsel."Ada beberapa orang mengaku iPhone itu enak tapi kenapa mereka bertahan dengan Android karena alasannya dual SIM itu kebutuhan mutlak sedangkan di iPhone belum ada," katanya.
DSDS sebagai kekuatan magis Apple
Teknologi Dual SIM Dual Standby (DSDS) yang diusung trio iPhone terbaru sejatinya bukan 'barang' baru. Teknologi serupa sudah ada sejak belasan tahun lalu dan telah lebih dulu diadopsi oleh banyak merek ponsel.
"DSDS itu sebetulnya bukan istilah baru, itu sudah belasan tahun lalu ketika masih menggunakan merek lokal Nexian, HiTech, dan Cross. Itu sudah lazim disebut. Gara gara Apple itu namanya akan naik lagi," ujar Herry.
Apple disebut Herry memiliki kekuatan magis untuk membangkitkan teknologi-teknologi lama untuk menjadi tren baru. Ambil contoh saja takik atau poni yang memang sudah digunakan merek lain, bahkan dual-SIM saja sesungguhnya adalah teknologi lawas.
"Apple luar biasa mengangkat barang lama menjadi barang baru. Indonesia juga banci merek, iPhone bentuk bujur sangkar saja pasti bisa laku. Soal brand itu penting pakai Apple tingkat kegantengan dan kecantikan naik satu level," ucapnya.
Namun demikian, Herry menjelaskan teknologi DSDS memungkinkan pengguna untuk menerima atau melakukan panggilan telepon lewat kedua nomor. Menurut Herry teknologi ini memiliki dua koneksi, yaitu single connection dan dual connection."Kalau dikupas lebih dalam DSDS itu ada dua. Yang pertama single connection, misalnya saya sedang telepon di nomor pertama. Ketika saya ditelepon ke nomor kedua, itu tidak aktif nomor kedua, masuk voice mail. Kalau dual connection itu saya telepon di nomor pertama, lalu saya ditelepon ke nomor kedua itu nyambung masuk ke nada tunggu," jelasnya.
Berdasarkan penjelasan dari situs resmi Apple, ketiga iPhone teranyar menggunakan teknologi DSDS single connection. Herry mengatakan secara teknis, kedua koneksi pada dual SIM memiliki perbedaan.
"Single connection ini sistem kerjanya jika salah satu nomor sedang melakukan panggilan, panggilan masuk di nomor kedua akan masuk ke pesan suara." (evn)
Read Again https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180914110707-185-330145/iphone-dual-sim-cara-magis-apple-sihir-asiaBagikan Berita Ini
0 Response to "iPhone Dual SIM, Cara Magis Apple 'Sihir' Asia"
Post a Comment