Search

Digeber Vendor Tiongkok, Advan Mengaku Pede Bersaing - Jawa Pos

JawaPos.com – Advan menjadi satu-satunya vendor smartphone lokal yang tampaknya masih eksis di pasar smartphone tanah air. Advan juga sempat bertahan dan duduk di posisi lima besar merek smartphone dengan market share tertinggi mengalahkan vendor lokal lainnya seperti SPC, Evercoss, dan Luna.

Namun posisi Advan di lima besar merek smartphone dengan market share yang tinggi hanya bertahan sampai akhir tahun 2018 saja. Memasuki tahun 2019, kerja keras Advan dengan rajin membesut smartphone terbaru tak cukup mampu membuatnya bertahan pada posisi Top 5.

Berdasarkan data terbaru dari firma riset Canalys, dalam daftar top five smartphone vendors in Q2 2019, tak ada nama Advan duduk di sana. Posisi semula Advan tergantikan oleh brand Tiongkok pecahan Oppo, yakni Realme yang sebelumnya tidak ada dalam daftar Top 5.

Menanggapi hal tersebut, GM Marketing Advan Aria Wahyudi mengatakan, bahwa naik dan turun dalam bisnis adalah kondisi yang sangat normal. Dia juga menyebut sesungguhnya Advan tidak turun, hanya yang di bawahnya saja yang merangsek naik dengan ritme yang sangat signifikan.

“Yang kami lawan bukan perusahaan main-main dengan modal ratusan miliar, teknologinya juga tidak bisa dianggap remeh, itu adalah perhatian kami. Tapi kami harus sangat hati-hati, yang kami lawan adalah raksasa. Kami akan terus coba kembali ke dalam posisi itu,” ujar Aria kepada awak media usai peluncuran produk terbaru Advan G2 Pro di Jakarta, Kamis (15/8) sore.

Dalam upayanya kembali duduk di jajaran Top 5 merek smartphone di tanah air, serta menjadi wakil para brand lokal yang tampak mulai ‘melempem’, Aria mengaku Advan akan kembali merapatkan barisan. Strategi baru untuk kembali meraih posisi tersebut juga tengah disiapkan.

“Strateginya kita ingin melakukan pendekatan lebih komunikatif lagi ke konsumen. Kita harus lebih intim lagi ke konsumen agar dia tahu keunggulan Advan di kelas dan harga yang sama dibandingkan kompetitor. Kami akan melakukan pengembangan dan menentukan strategi pasar yang tepat lagi agar kami dapat terus bertahan,” sambungnya.

Dalam kesempatan tersebut, Aria juga menyinggung soal regulasi ponsel Black Market (BM) dengan verifikasi IMEI. Menurut Aria, jika kebijakan tersebut nantinya berlaku, Advan berpotensi untuk mendapatkan kue yang lebih besar lagi.

“Regulasi ponsel BM akan menguntungkan Advan. Selama ini Advan harus bersaing dengan merek besar, belum lagi yang BM, ini menekan kami. Dari segi kompetisi kami dipaksa bersaing dengan ponsel dengan spesifikasi tinggi tapi harganya murah dan BM. Kalau sudah berlaku, kan dari pada beli BM mending beli Advan,” lanjutnya.

Terakhir, Aria menyebut, dalam kompetisi smartphone oleh dominasi vendor Tiongkok, Advan bukanlah target utama. “Advan dari awal sudah mempersiapkan strategi dalam bersaing. Yang diserang bukan Advan, kami hanya kena imbasnya saja dari persaingan para vendor tadi,” jelas Aria.

Seperti sudah kami beritakan sebelumnya, hasil riset Canalys pada kuartal kedua 2019, Oppo berhasil menduduki posisi pertama. Sebelumnya posisi pertama diduduki oleh Samsung yang harus rela berpindah ke posisi kedua. Pada posisi ketiga, ada Xiaomi yang juga melempem. Sebelumnya merek tersebut duduk di posisi kedua. Sementata posisi keempat dan kelima ada Vivo dan Realme.

Let's block ads! (Why?)

Read Again https://www.jawapos.com/oto-dan-tekno/teknologi/16/08/2019/digeber-vendor-tiongkok-advan-mengaku-pede-bersaing/

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Digeber Vendor Tiongkok, Advan Mengaku Pede Bersaing - Jawa Pos"

Post a Comment

Powered by Blogger.